Monday, September 3, 2012

Anak Kelas 1 SD pun Mulai Bicara SARA

Masalah SARA di Indonesia memang tidak ada habisnya. Dari hal kecil yang semestinya bisa dianggap biasa, bisa meluap menjadi masalah luar biasa. Sejarah sudah mencatat banyak kejadian yang berasal dari SARA di negeri ini, meskipun hampir semua orang dari beragam ras di dunia ada/tinggal di Indonesia.

Sadar atau tidak, banyak orang tua yang menanamkan doktrin tentang rasis pada anaknya. Dan kita semua juga tahu, ras Cina yang paling menjadi sorotan utama. Lihat mata sipit sedikit, langsung ada suara "Ih mata lo sipit kayak orang Cina". Itu masih belum apa-apa.

Hal ini berimbas pada anak saya yang kebetulan berwajah cukup oriental walaupun saya dan suami tidak memiliki orang tua peranakan Cina. Minggu lalu, anak saya pulang sekolah membawa cerita yang membuatnya bermuka sedih. "Bunda, temen aku bilang, aku ini orang Cina. Aku ga boleh sekolah di situ". Reaksi pertama saya: heran, tersinggung, marah, sebel, pengen jewer mulutnya anak yang ngomong begitu.

Kalaupun anak saya bukan keturunan Cina, saya tetap prihatin. Masalah ini bukan masalah sepele. Nantinya anak saya bisa kehilangan kepercayaandirinya dan membuat dia minder. Selain itu, seharusnya kita sebagai orang tua dan orang tua dari anak itu pada khususnya, memahami bahwa tindakan itu berbau SARA. Aksi ini bisa memicu masalah yang lebih besar. Bisa membuat anak itu memilih-milih teman sehingga akhirnya dia hanya mempunyai lingkungan pergaulan yang sempit yang menyebabkan pikirannya juga sempit. Terlebih lagi, dia tidak bisa menerima perbedaan, merasa paling baik dan paling benar sendiri, dan yang terburuk adalah dia menghujat ciptaan Tuhan. Manusia dilahirkan tanpa bisa memilih dia ingin menjadi apa, keturunan siapa dan berwarna kulit apa.

Siang ini saya akan ke sekolah anak saya dan membicarakan masalah ini, entah dengan wali kelas, guru atau kepala sekolah. Saya bukan bertindak karena merasa anak saya diperlakukan tidak baik, tetapi lebih kepada rasa prihatin saya pada aksi SARA di negeri ini, dan sudah seharusnya para pendidik mengajarkan hal ini mulai dari jenjang pendidikan paling dasar.

No comments:

Post a Comment