Thursday, August 22, 2013

100% Wool in Tropical Climate?

Yes! I’m on it! Even many people & knitters thought it’s insane, I just keep on doing it.

I'm living in Indonesia. A warm weather country where you can see the sun & have a sun-bath everyday. In the small city I live in, it's quite cool than most places in Indonesia. 23 to 30 Celcius.

I wear the lightest of my hand-knitted cardigan when it's cool. Especially when it's rainy. At that time, many people gets out with their jackets, cardigans or sweaters because it IS cool for our tropical skin. 

I love pure wool for its softness, stretch & texture, not the warmth. I’ve tried other fiber such as pure bamboo, pure silk, pure cotton, (pure) acrylic, nothing can compare pure wool!

Below is my new WIP as a proof I’m not kidding on what I said earlier. Wool is cool for me!


Monday, September 3, 2012

Anak Kelas 1 SD pun Mulai Bicara SARA

Masalah SARA di Indonesia memang tidak ada habisnya. Dari hal kecil yang semestinya bisa dianggap biasa, bisa meluap menjadi masalah luar biasa. Sejarah sudah mencatat banyak kejadian yang berasal dari SARA di negeri ini, meskipun hampir semua orang dari beragam ras di dunia ada/tinggal di Indonesia.

Sadar atau tidak, banyak orang tua yang menanamkan doktrin tentang rasis pada anaknya. Dan kita semua juga tahu, ras Cina yang paling menjadi sorotan utama. Lihat mata sipit sedikit, langsung ada suara "Ih mata lo sipit kayak orang Cina". Itu masih belum apa-apa.

Hal ini berimbas pada anak saya yang kebetulan berwajah cukup oriental walaupun saya dan suami tidak memiliki orang tua peranakan Cina. Minggu lalu, anak saya pulang sekolah membawa cerita yang membuatnya bermuka sedih. "Bunda, temen aku bilang, aku ini orang Cina. Aku ga boleh sekolah di situ". Reaksi pertama saya: heran, tersinggung, marah, sebel, pengen jewer mulutnya anak yang ngomong begitu.

Kalaupun anak saya bukan keturunan Cina, saya tetap prihatin. Masalah ini bukan masalah sepele. Nantinya anak saya bisa kehilangan kepercayaandirinya dan membuat dia minder. Selain itu, seharusnya kita sebagai orang tua dan orang tua dari anak itu pada khususnya, memahami bahwa tindakan itu berbau SARA. Aksi ini bisa memicu masalah yang lebih besar. Bisa membuat anak itu memilih-milih teman sehingga akhirnya dia hanya mempunyai lingkungan pergaulan yang sempit yang menyebabkan pikirannya juga sempit. Terlebih lagi, dia tidak bisa menerima perbedaan, merasa paling baik dan paling benar sendiri, dan yang terburuk adalah dia menghujat ciptaan Tuhan. Manusia dilahirkan tanpa bisa memilih dia ingin menjadi apa, keturunan siapa dan berwarna kulit apa.

Siang ini saya akan ke sekolah anak saya dan membicarakan masalah ini, entah dengan wali kelas, guru atau kepala sekolah. Saya bukan bertindak karena merasa anak saya diperlakukan tidak baik, tetapi lebih kepada rasa prihatin saya pada aksi SARA di negeri ini, dan sudah seharusnya para pendidik mengajarkan hal ini mulai dari jenjang pendidikan paling dasar.

Monday, August 27, 2012

Back on Track

Yes, people, I'm back on track! Hope I still remember how to do the breath-in-breath-out trick. It's been 3 years since my last one! Jogging shoes, I hope you're ready too!

Sunday, August 26, 2012

Daftar dan Pengakuan

Sepertinya sudah hampir setahun sejak saya terakhir menulis di sini. Sudah terlalu banyak yg terjadi dan sudah terlalu banyak pemikiran yg lewat begitu saja tanpa sempat ditulis. Sayang sebetulnya. Tapi seperti keluhan banyak manusia; waktu 24 jam masih belum cukup, masih banyak yg mau saya lakukan.. Dan sudah ada beberapa knitting project yg sudah saya selesaikan (akhirnya..)

Mungkin ada baiknya kalau saya tulis garis besarnya saja.. Oke, dimulai dari knitting project yg kelar (akhirnya..):
1. Wolf Sweater untuk putra saya. Tanggal kelarnya menyusul, yg jelas sudah lebih dari 6 bulan sejak cast-on, malu-maluin.. Sampe ada acara ngambek2 dan ancem2 segala.. Modifikasinya banyak gara2 melakukan kesalahan pas armhole shaping. Karena saya orang yg anti-bongkar, akhirnya saya jalan terus dengan kekeraskepalaan saya dan project tsb bisa kelar dengan sukses (menurut saya)..
2. Sirdar Cardigan untuk putri saya. Begitu Wolf Sweater kelar, langsung disambung dengan project ini gara-gara jacket putri saya sudah kekecilan dan saya males ke mall beli baju. Kebetulan rombongan GGH baruuuu saja datang. Beruntunglah saya menjadi orang pertama yg berhak membuka kardus dan memilih benang mana yg mau diangkut (ceritanya jadi ngelantur..)

WIP. Inilah daftar project yg masih menunggu di-finishing atau masih nyangkut di needle saya:
1. Orange Sweater (Rowan Calmer) - tinggal jahit lengan kanan ke armhole, abis itu kelar.. 97%
2. Bernhardt Cardigan (Poetry Yarn) - blocking lalu rajut neckline lace-nya, habis itu blocking lagi dan kelar.. 75%
3. Frozen Leaves (Cascade Alpaca Lace) - sisa edge nya doang. Sudah sejauh itu baru sadar kalau ternyata saya kurang cocok sama lace project.. 75%
4. Bergere Green Vest (Pierrot Carta) - saya sukaaa sekali project ini, tapi kasihan harus dicuekin dulu karena alasan yg susah dijelaskan. Back kelar, front sudah setengah, pake hoodie.. 50%
5. Crocheted Wave Blanket (Bernat Satin) - project selingkuhan, project tanpa deadline dan ga begitu diharapkan bisa selesai hahaha.. Mungkin sampe anak2 gede baru kelar, itupun ga yakin.. 30%
6. Modular Blanket (Ice Yarn Magic Light) - sama dengan no.5 tapi lebih seru karena tangan saya ga sepegal seperti saat memegang hook.. 30%
7. Fair Isle + Cable Socks designed by Kirsten Kapur (Pierrot Yuyake no Sora + Pierrot Soft Wool) - ini yg lagi dipegang sekarang karena si Bernhardt Cardigan lagi di-blocking. Project kaus kaki itu amat menyenangkan buat saya karena kecil tapi pasti kepake oleh saya.. 30%

Untuk project2 yg kelar, mungkin nanti akan saya tulis masing2 dilengkapi dengan foto yg mudah2an representatif, manipulatif dan ga kelihatan salah rajutnya di sebelah mana.. Karena saya adalah perajut yg anti-bongkar, otomatis salah rajutnya ada dimana-mana.. ;D


Saturday, October 1, 2011

the day i almost lost my son

Kejadiannya hari Jumat, 16 September 2011. Pulang dari shalat Jumat, suami dan anak saya ke restoran masakan Padang di pasar. Saya dan si bungsu Qila nggak ikut. Mereka pergi naik motor karena jarak dari rumah ke restoran itu lumayan jauh. Kalau nggak naik motor, biasanya naik angkot.

Sehari sebelumnya saya punya firasat bahwa anak pertama saya, Zidane, akan hilang. Saya nggak ngerti dari mana pikiran itu, tapi rasanya benar2 nyata firasat itu.

Restoran Padang ini letaknya di ruko. Di sebelahnya ada ruko yang jual mainan. Jadi, Zidane menclok di situ dan suami saya berpesan ke Zidane dia mau ke restoran Padang dulu. Terus, ternyata makanan yang mau dibeli suami saya nggak ada, jadi dia ke restoran Padang yang di sebelahnya lagi. Setelah Zidane puas cuci mata, dia mencari papinya. Ternyata papinya nggak ada di restoran Padang yang tadi! Entah ide dari mana, si kakak langsung jalan kaki sendirian dari ruko itu ke rumah! Diulang: jalan kaki sendirian lewat pinggir jalan raya!

Suami saya menelepon saya di rumah, ngasih tau kalau si Kakak terpisah dari dia. Saat itu saya merasa nggak terlalu shock, mungkin karena firasat sehari sebelumnya itu ya.. Tapi tetap rasa sedih, panik dan paranoid langsung menyerang. Setelah menutup telepon, saya langsung keluar rumah dengan menggendong Qila. Dan saat itu pula, Zidane berlari kecil ke arah saya dengan muka merah dan napas ngos-ngosan..

Ya Allah, terima kasih Engkau masih mempercayakan kami merawat anak-anak kami yang kami sayangi melebihi kami menyayangi diri kami sendiri ini. Kalau hari itu saya benar-benar kehilangan Zidane, saya tidak tahu saya akan jadi seperti apa hari ini..

Friday, September 23, 2011

Precious Past

It was Sunday, September 18th 2011 when I finally met my cousin from Holland. It was the first time, ever. She couldn't speak Bahasa, she didn't know who I am, we're totally strange to each other. But we're from the same blood. I wouldn't tell you the whole stories of my grandparents. But I will tell you with these nice pictures taken by my talented uncle.
My dad and my cousin's mother are brother and sister. They didn't live together as other family most did. There was mystery behind all of these stories that our grandparents hide. It's like rearrange the small puzzle pieces into one big picture. I have lots of my grandparents' pictures at my house.

Below: my dad on the left and my Opa Don on the right. Hmm they were riding a Mercedes Benz?



Below: my grandparents. They were absolutely look like Angelina Jolie and Brad Pitt, awesome!


And below are my Opa Don's grave pictures.. I always remember his whistle, his warm hugs and even his voice. I was 7 years old when he passed away. But I'm much luckier than my cousin, she never met Opa Don even once. But she said that his spirit is very strong and she can feel it.



At that day, I really miss my grandpa. His grave is in Kalibata, a special graveyard belongs to soldiers.

Thursday, September 22, 2011

Rowan Calmer Camisole

Saya jarang mendapat kesempatan untuk menyisihkan sedikit dari benang-benang yang saya jual (*curcol). Makanya, begitu rombongan kecil Rowan Calmer datang, saya sisihkan warna pink-nya 5 gulung. Bingung juga sih mau bikin apa. Tapi setelah saya pelototin buku pola Rowan Calmer, saya putuskan untuk membuat camisole. Ini adalah project baju dewasa saya yang paling pertama.

Jangan tanya lama pengerjaannya. Kira-kira sebulan hanya untuk model baju yang simpel seperti ini. Padahal knitting needle yang dipakai lumayan gede: 3.5, 4, dan 5mm. Sebetulnya di buku pola tidak disarankan pake 3.5mm, tapi supaya bagian bawahnya lebih ketat dan tidak gampang kedodoran, jadi saya pakai 3.5mm. Selama proses pengerjaan, rasanya eneg, karena motif diagonal di bagian samping kanan dan kiri mengharuskan saya terus memainkan cable needle. Rasanya bosan dan ribet. Tapi daripada ga selesai-selesai, jadi harus terus dijalanin.

Jujur, saya melakukan banyaaaak sekali kesalahan. Dalam hati selalu berdoa mudah-mudahan kesalahan itu tidak kelihatan, atau kalau kelihatan ya jangan sampai 'terlalu kelihatan'. Bagian yang paling saya tidak suka adalah finishing. Termasuk di dalamnya menjahit dan weave in ends. Tapi sekali lagi, demi memiliki setidaknya satuuu saja objek yang selesai, akhirnya memaksakan diri untuk finishing. Tadinya saya mau menambahkan tali i-Cord, tapi begitu selesai satu tali, saya males ngelanjutinnya. Oya, total benang yang terpakai sebanyak 3 gulung Rowan Calmer @50gr.

Dan begitu selesai, rasanya puas, senang, bahagia, tapi juga stress memandang ke cermin.. Kok tampak gak cocok ya?? Udah sit-up 60 kali, push-up 20 kali, tahan napas selama pake camisole nya, tetep aja keliatan maksa..

 Akhirnya, mungkin karena suami melihat saya malah stress begitu camisole nya selesai, dia beliin saya mannequin! Ohohoho senangnya, camisole bisa difoto dengan baik dan benar sekarang!